Setelah dua hari berkantor di Sudirman, saya selalu menjadwalkan waktu makan bersama dengan teman kuliah saya setelah jam 5 sore. Doi ngantor di sebelah gedung kantor saya. Yah, makan ala-ala sih gais. Apa pun makanannya,
minumnya teh botol sisri yang penting ngumpul.
Pernah kan ya mimpi sesuatu, terus lupa, dan tanpa disadari mimpi tersebut jadi kenyataan? Ya, dulu pas masih jadi ababil SMA, saya pengen ngantor di Sudirman. Kayaknya kece aja ya, berkantor di gedung tinggi, banyak esmud-esmud ganteng dan cantik aduhay. Eh, sekarang (walaupun nggak ngantor, ya sok-sok ngantor aja), saya ditempatkan di sebuah gedung di Sudirman, pulang-balik setiap hari, dan dapat uang! Bukankah ngantor juga namanya? Hehehe.
Bagi yang deket sama saya, pasti tahu doong, saya pernah melakukan perjalanan nekat ke negara tetangga. Yap, itu tepatnya setahun yang lalu. Jam segini, tepat di hari yang sama saya nampaknya telah mewawancara seorang bapak oh-god-why dan sedang naik mobil sama temen Couchsurfing saya, namanya Aisyah. Aisyah dan Pashmina??? Hemm, nampaknya lebih cocok dibilang Aisyah dan Baju Kurung.
Berkat doa dan puasa tiga hari tiga malam, akhirnya saya menemukan coach yang luar biasa baik. Saya dikasih kamar sendiri, kamar mandi dalem, AC, cuci+gosok. Kosan saya aja kalah! Padahal niat hati sih, mau cuci+gosok sendiri, makanya saya sudah bawa deterjen dari Indonesia. Setiap bangun pagi saya disambut dengan nasi goreng kampung dan ikan bilis, yang bikin endut-alamak setelah saya pulang ke tanah air.
Selama di perjalanan, Aisyah suka cerita tentang keluarganya dan kebudayaan kita yang serupa tapi tak sama. Nggak cuma budaya aja sih, tapi juga bahasa. Misalnya saya jadi tahu kalau
jom itu artinya
ayo! Sedangkan, kata
ayo gak dipakai dalam bahasa sehari-hari Melayu.
Sorenya kita pergi ke sebuah bazaar di UPM, tempat ngampusnya Aisyah. Apakah terbersit mencari cowok ganteng? Saya meragukan ya, karena kata Aisyah sendiri, di sini sedikit susah untuk cari lelaki tampan macam Ashraf Sinclair (yang menurut saya gak ganteng-ganteng amat). Sedangkan, perut laper all the waaayy, akhirnya saya cari makanan khas, tapi malah ketemu ayam penyet di mana-mana. Oh iya, waktu itu lagi nge-trend es krim tanah loh, lengkap dengan cacingnya.
|
Cacingnya ngumpet |
Saya beli satu pot dengan RM 4 (kalau gak salah). Sekarang sih di Indonesia juga sudah nge-trend ya, tapi saat itu lagi hits-hitsnya loh. Saya jadi anak hitz Kuala Lumpooorrr, saat itu. Walaupun anak hitz Jakarta lebih HITZ lagi.
Saya juga diajak ke sebuah mall gahooool di Putra Jaya, lokasi saya mewawancara bapak oh-god-why. Namanya Alamanda. Brownies? Oh bukan, itu Amanda!
|
Foodcourt Alamanda |
Lagi-lagi gerai ayam penyet di mana-mana, tapi pilihan saya jatuh pada Popiah. Saya gak paham siapa penjual popiah itu, karena perawakan sih cowok, tapi ngomongnya kok melambay yah? "Sorry miss, eh, bro, eh sir." Jaman sekarang semakin banyak yang nyaru, untung belum sampai Thailand
tubi kontinu...